"Jangan sedih." Katanya. Tapi tangisku malah menjadi-jadi.
"Kenapa nggak boleh sedih?! Nabi juga bisa sedih ko! Kenapa diciptain rasa sedih kalo nggak boleh sedih?!" Protesku.
"Ya jangan lama-lama sedihnya!" Katanya. Ah, ini tambah menyakitkan. Padahal belum ada satu jam berlalu saat aku mulai meraung-raung. Aku nggak bisa berkata-kata lagi.
Komentar
Posting Komentar