Langsung ke konten utama

Langkah Selanjutnya

 Aku memilih untuk menyelamatkan diriku sendiri. Aku rasa aku sudah cukup meminta pertolongan kepada orang lain. Ah, bukannya aku mengharapkan pertolongan orang lain. Tapi katanya sebelum pasrah, harus berusaha dulu kan? Bisa dibilang, itu bentuk usahaku.

Mungkin keputusan ini akan menimbulkan banyak perbedaan pendapat maupun pertentangan. Mungkin akan ada orang - orang yang sedikit terluka. Tapi aku ingin menyelamatkan diriku. Kurasa sudah cukup untuk bertahan. Aku tidak bisa membiarkan diriku terus - terusan terluka. Biarlah orang menganggap lemah, mudah menyerah, mudah putus asa. Tapi aku tahu, aku tidak seperti itu. Daripada aku kehilangan diriku, lebih baik kehilangan beberapa orang bukan? Yang penting prosesnya sesuai dengan aturan. 

Aku berusaha mengikuti aturan yang berlaku. Mudah - mudahan Allah berikan kemudahan dan kelancaran dalam proses ini. Dan mudah - mudahan pula, akan ada jalan yang lebih baik yang menunggu di depan sana. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertaut

Kita adalah dua orang panik yang tidak tau cara menenangkan satu sama lain. Kita sering memberi dan menerima terima kasih, hanya untuk saling menghargai Kita sering saling mengecewakan, namun lebih memilih untuk menghibur daripada meminta maaf. Mungkin kita sering meminta maaf pada satu sama lain dalam hati, tapi terlalu sulit untuk menyuarakannya. Kita kehilangan hal yang sama, tapi kita enggan membahas dan menjadikannya bermakna. Kita sama-sama terluka, tapi memilih untuk tidak menganggapnya seberapa. Kita mewarisi luka, namun enggan mengakui, apalagi memeluknya. Kita pernah saling bertaut, sembilan bulan lamanya, tetapi kita sangat payah dalam memahami satu sama lain. Meski begitu, kita tetap berusaha saling memahami. Kita tetap berusaha tetap bertaut.

Latihan

“Belakangan ini gue selalu kepikiran buat loncat dari Gedung tinggi atau nabrakin diri ke truk.” Gue memulai percakapan. Dia hanya diam mendengar kata – kata tersebut sambil asik memandangi burung – burung gereja di depannya. “Tapi gue takut. Takut sakit. Kesayat aja sakit, apalagi ketabrak truk.” Lanjut gue. Dia masih terdiam. “Gue pernah kepikiran, mungkin gue takut karena belum latihan kali ya. Kan katanya practice make perfect.” Kali ini dia menoleh ke kanan, memandang gue dengan bingung. “Kan gue belom tau nih rasanya jatoh dari gedung tinggi tuh kayak gimana, tapi gue takut bakal sakit banget. Mungkin kalo gue latihan jatoh dulu, gak akan terlalu sakit nantinya. Misalnya awal – awal gue loncat dari 5 anak tangga, makin lama makin tinggi.” Jelas gue. Dia tersenyum sinis kemudian menggelengkan kepalanya pelan. “Kalo mau latihan loncat, parkur aja sekalian. Daripada latihan loncat, mending latihan motor. Ayok gue ajarin.” Kali ini dia yang berbicara. “Gak mau. Takut jatoh....

Mengalah Bukan Berarti Kalah

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh... Hai, hallo. Alhamdulillah kesampean juga nulis blog, hihi. Dari dulu pengen banget nulis blog, tapi bingung apa yang mau dibahas wkwk. Dan sekarang, gue udah tau mau bahas apa. Di postingan pertama ini, gue pengen cerita pengalaman gue sepulang kerja yang Insyaa Allah kalo ada kejadian yang gue rasa ada manfaatnya, gue bakal bikin postingan dengan tema pulang kerja lagi. Oke. Pulang kerja hari ini ada kejadian yang bikin gue mikir dan terpukau. *lebay. Gue kerja di daerah Melawai, Kebayoran Baru. Rumah gue di Cipinang, Jatinegara. Timur ke Selatan. Cukup jauh kan ya? Makanya kalo gue pulang on time jam 5 sore, nyampe rumahnya tuh sekitar jam 8an, dan pastinya ga sempet solat maghrib. Maka dari itu, gue memutuskan untuk solat maghrib dulu sebelum pulang. Gue solat di Masjid Nurul Iman Blok M Square. Letak masjidnya di rooftop gedung mall. Gede, nyaman, di halamannya ada miniatur ka'bah yang biasanya buat manasik haji. Hari ini tern...