Langsung ke konten utama

Waktu Akan Berputar

"Kenapa? Kamu takut di-ekspan ya?" katanya pas gue bilang kalo nggak tertarik gabung. Kalo gak salah waktu itu gue jawab iya, makanya dia lanjutin, "Itu mah nggak selamanya, waktu kan berputar, semua bakal beralalu." For your information, 'ekspan' itu kayak ditatar.

Gara-gara kata-kata itu, gue jadi masuk ekskul yang punya impresi nggak menyenangkan bagi gue, PASKIBRA. Gara-gara itu juga gue menjalani masa sekolah menengah kejuruan dengan di-ekspan dan meng-ekspan.

Oh, bukan karena bujukan di atas doang sih, si kakak itu juga bilang, "Tahun depan siapa yang ngajarin jadi protokol kalo kamu nggak masuk paskib?" Tau protokol kan? MC-nya upacara. Waktu itu, untuk membedakan upacara hari kemerdekaan dengan upacara lain, dibuatlah petugas upacara dari anak baru yang dipilih sewaktu MOPDB. Dilatih selama sebulan buat menjadi petugas upacara dan pasukan pengibar.

Belakangan ini gue baru sadar, kayaknya gue itu haus validasi. Makanya gue terbujuk sama kata-kata itu. Mungkin gue ngerasa 'ada tempat yang butuh gue nih'. Padahal mah gue nggak ada tanggung jawab buat ngajarin protokol ke generasi selanjutnya. Tapi yaudah, yang lalu biar berlalu.

11 tahun berlalu. Momen itu masih nempel aja di ingatan. Kayaknya gue tersentuh dengan kalimat, 'waktu pasti berlalu.' Keadaan sulit pasti berlalu. Bisa dibilang kata-kata itu ngasih keberanian buat gue, yah.. selain haus validasi itu. Rasanya butuh keberanian itu sekarang. Keberanian untuk percaya kalo waktu benar-benar berputar. Setiap keadaan maupun kejadian ada masanya, ada akhirnya. Nggak akan selamanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertaut

Kita adalah dua orang panik yang tidak tau cara menenangkan satu sama lain. Kita sering memberi dan menerima terima kasih, hanya untuk saling menghargai Kita sering saling mengecewakan, namun lebih memilih untuk menghibur daripada meminta maaf. Mungkin kita sering meminta maaf pada satu sama lain dalam hati, tapi terlalu sulit untuk menyuarakannya. Kita kehilangan hal yang sama, tapi kita enggan membahas dan menjadikannya bermakna. Kita sama-sama terluka, tapi memilih untuk tidak menganggapnya seberapa. Kita mewarisi luka, namun enggan mengakui, apalagi memeluknya. Kita pernah saling bertaut, sembilan bulan lamanya, tetapi kita sangat payah dalam memahami satu sama lain. Meski begitu, kita tetap berusaha saling memahami. Kita tetap berusaha tetap bertaut.

Latihan

“Belakangan ini gue selalu kepikiran buat loncat dari Gedung tinggi atau nabrakin diri ke truk.” Gue memulai percakapan. Dia hanya diam mendengar kata – kata tersebut sambil asik memandangi burung – burung gereja di depannya. “Tapi gue takut. Takut sakit. Kesayat aja sakit, apalagi ketabrak truk.” Lanjut gue. Dia masih terdiam. “Gue pernah kepikiran, mungkin gue takut karena belum latihan kali ya. Kan katanya practice make perfect.” Kali ini dia menoleh ke kanan, memandang gue dengan bingung. “Kan gue belom tau nih rasanya jatoh dari gedung tinggi tuh kayak gimana, tapi gue takut bakal sakit banget. Mungkin kalo gue latihan jatoh dulu, gak akan terlalu sakit nantinya. Misalnya awal – awal gue loncat dari 5 anak tangga, makin lama makin tinggi.” Jelas gue. Dia tersenyum sinis kemudian menggelengkan kepalanya pelan. “Kalo mau latihan loncat, parkur aja sekalian. Daripada latihan loncat, mending latihan motor. Ayok gue ajarin.” Kali ini dia yang berbicara. “Gak mau. Takut jatoh....

Mengalah Bukan Berarti Kalah

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh... Hai, hallo. Alhamdulillah kesampean juga nulis blog, hihi. Dari dulu pengen banget nulis blog, tapi bingung apa yang mau dibahas wkwk. Dan sekarang, gue udah tau mau bahas apa. Di postingan pertama ini, gue pengen cerita pengalaman gue sepulang kerja yang Insyaa Allah kalo ada kejadian yang gue rasa ada manfaatnya, gue bakal bikin postingan dengan tema pulang kerja lagi. Oke. Pulang kerja hari ini ada kejadian yang bikin gue mikir dan terpukau. *lebay. Gue kerja di daerah Melawai, Kebayoran Baru. Rumah gue di Cipinang, Jatinegara. Timur ke Selatan. Cukup jauh kan ya? Makanya kalo gue pulang on time jam 5 sore, nyampe rumahnya tuh sekitar jam 8an, dan pastinya ga sempet solat maghrib. Maka dari itu, gue memutuskan untuk solat maghrib dulu sebelum pulang. Gue solat di Masjid Nurul Iman Blok M Square. Letak masjidnya di rooftop gedung mall. Gede, nyaman, di halamannya ada miniatur ka'bah yang biasanya buat manasik haji. Hari ini tern...